"Mana
lagi berat ujiannya. yang sudah kahwin atau yang belum kahwin?" Tanya
ustazah.
Tiada
yang mampu menjawab.
"Pastinya
yang belum kahwin..." sambung ustazah, "Ibnu Mas’ud pernah
mengatakan, 'Seandainya tinggal sepuluh hari saja dari usiaku, nescaya aku
tetap ingin kahwin. Agar aku tak menghadap Allah dalam keadaan masih
bujang."
Tidak
mampu kita nafikan, sebilangan besar wanita zaman ini mampu hidup sendiri dan
memiliki kecukupan atas segalanya; wang, harta, pekerjaan, keluarga.
Atau
terlalu sibuk mengejar cita-cita.
Atau
mereka sudah buntu jalan, malas memikirkan dan akhirnya putus asa.
Sehingga
mereka membuat kesimpulan,
"Aku tak mahu kahwin!"
"Aku tak mahu kahwin!"
Nauzubillahi
min zalik. Jangan berputus asa dari rahmat Allah.
Allah
itu tidak pernah menjadikan sesuatu tanpa sebab. Barangkali "sebab"
itu adalah ketulusan niat kita untuk menikah.
Adakalanya
niat kita untuk menikah masih belum bersih, kemudian Allah dengan penuh kasih
sayang memberikan bermacam-macam keadaan sehingga kita mensucikan niat kita.
Allah menurunkan peristiwa-peristiwa sehingga kita mengetahui kekotoran niat
kita yang selama ini tersembunyi dari pengetahuan kita sendiri.
Adakalanya
niat seseorang sudah bersih, kemudian Allah menguji kesungguhan niatnya. Allah
memberikan ujian, sehingga jelas apakah ia bersungguh-sungguh dengan niatnya.
Sehingga jelas apakah ia tetap berpegang pada tali-Nya di saat menghadapi
kesulitan. Sehingga semakin kukuh niatnya jika ia tetap memegang niatnya. Yang
demikian ini insyaAllah akan membuat niatnya lebih dekat kepada barakah dan
tidak mudah luntur oleh keadaan sesudah menikah.
“Dan
Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk
membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (Ali
‘Imran: 154).
Sebahagian
orang redha terhadap apa yang terjadi, sehingga Allah menambah kemuliaan dan
barakahnya. Sebahagian lainnya merasa kecewa kepada Allah. Dan selebihnya
merasa kecewa, kemudian memperbaiki hati setelah menyedari
kesalahan-kesalahannya.
Pensucian
niat boleh juga terjadi kerana bertambahnya ilmu. Ketika seseorang memperoleh
pengetahuan yang lebih baik mengenai agamanya, akhirnya ia mengenali kekotoran
niat yang selama ini tidak diketahuinya. Oleh sebab itu, suami-isteri tetap
perlu mencari ilmu setelah berumah tangga. Mudah-mudahan mereka dapat menjadi
suami-isteri yang penuh barakah. Mudah-mudahan mereka dapat menjadi orangtua
yang penuh barakah, melahirkan keturunan yang memberi bekas kepada bumi dengan
kalimat laa ilaaha illaLlah melalui pernikahan mereka. Allahumma amin.
Usahlah
dihitung berapa lama Allah memberi ujian ini, tapi hitunglah berapa banyak
nikmat telah Allah beri sepanjang berdepan ujian ini. Berani saya katakan,
tidak mudah untuk berlawan dengan nafsu yang melulu, tapi itulah hakikat
perjuangan untuk meraih yang terbaik dari Azza wajalla.
Allah
itu tak pernah mengecewakan.
Yakinlah,
sampai masanya seseorang yang berhati mulia akan Allah kirimkan menjadi teman
untuk perjalanan kita berikutnya.
Ikhtiar,
berdoa dan berniatlah yang baik-baik.
Wallahu'alam.
[Sedikit sumber dari Ustaz Mohd Fauzil Adhim]
0 comments:
Post a Comment