|
Tempat berlakunya ombak besar tsunami |
Cinta Sang Ratu
laksana langit mencengkam purnama,
ibarat mutiara di lautan biru
saujana mata memandang, seluas
langit terbentang.
Tatkala cinta berbisik, suaranya
memuji TUHAN
Pabila rindu terusik, rasulNya jadi
pilihan.
Sampai masanya cinta jadi taruhan
Sang Ratu menjadi impian.
Tiba-tiba teringat puisi Laksamana
Sunan untuk Ratna Sang Ratu. Sesuai dengan keberadaan saya di Tanah Rencong
Aceh.
Apa yang saya suka pada Aceh?
Iyaa, pada kesopanan penduduknya. Benarlah, kata seorang pensyarah pasca sarjana di Universitas Ar-Raniry : “Orang
Aceh tak kaya, tapi hati mereka kaya. Malaysia boleh, Aceh juga bisa!”
|
As-syeikh mirip Syeikh Ahmad Yasin |
Syeikh Abu Muadz, ulama’ yang turut bersama kami dari Kaherah berpesan:
“Tetamu mesti disambut sebelum mereka turun dari kenderaan”
Dan, begitulah keadaannya apabila kami
tiba di Pesantren Darul ihsan. Sambutannya buat kami sangat terharu. Alhamdulillah…
Kesopanan orang-orang Aceh bukan
sahaja pada pemuda dan pemudinya, tapi juga pada makanannya. Sejujurnya, saya sangat
kagum melihat penyusunan makanan orang Aceh. Kemas. Cantik. Sopan. Makanannya tak jauh beda rasanya dari Malaysia. Cuma pasti ada kekacangnya, agak pedas dan jusnya jauh
lebih asli dan sedap.
|
Atas Kapal |
|
Ini baru Ayam Lepas, masih ada Ayam Tangkap,
Ayam Bebek, dan Ayam Penyet untuk dicoba! =) |
|
Sambutan universitas kepada kami. Hangat~ |
|
Jus nya juga ber "poligami"...heh ^_^' |
Ada lagi satu hal, yang buat saya jatuh cinta tentang Aceh ,.....................
[to be continued..]